Cara Mengeringkan Gabah Padi - Gabah dari hasil panen atau yang dikenal dengan nama
”Gabah Kering Panen (GKP)” biasanya mempunyai kandungan air 18 – 25 %. Gabah
harus memenuhi syarat kandungan air gabah agar gabah layak disimpan atau
digiling, yaitu kandungan airnya sekitar 14%, sedangkan agar gabah dapat
langsung digiling, kandungan airnya harus 12-13%. Gabah Kering Panen ini harus
secepatnya dikeringkan karena jika tidak langsung dikeringkan, akan muncul
permasalahan-permasalahan, yaitu akan terjadi kerusakan pada butir beras yang
dihasilkan, ditandai dengan warna beras yang agak kecoklatan, menyebabkan harga
jual rendah sehingga merugikan petani dan dengan kadar air tersebut gabah tidak
mempunyai ketahanan untuk disimpan.
Struktur butir gabah terdiri atas 3 (tiga) bagian utama
yaitu antara lain:
1. Kulit atau sekam
Kulit padi lazimnya dinamakan sekam yaitu 23% dari bobot
gabah, sedangkan butir biji/endosperma dan lembaga/embrio disebut beras.
2. Butir biji atau endosperma
Butir biji yaitu 77% dari berat gabah atau endosperma
dibungkus kulit ari (yang hanya 3% dari bobot beras) terdiri dari lapisan
terluar disebut perikarp, kemudian tegmen dan lapisanaleuron yang banyak mengandung protein.
Terdapat 2 (dua) lapisan pada tegmen, yaituspermoderma dan perisperma yang banyak mengandung lemak.
3. Lembaga atau embrio
Lembaga atau embrio yang bobotnya sekitar ± 2-3 % dari
bobot butir terdiri dari bakal akar(radikel), bakal daun (plumul), tudung (skutelum) dan epiblas. Lembaga atau embrio banyak
mengandung lemak dan protein
Drying (Pengeringan)
Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air bahan
hingga mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju kerusakan bahan
akibat aktifitas biologis dan kimia (Brooker et al.,2004). Dasar proses
pengeringan adalah terjadinya penguapan air bahan ke udara karena perbedaan
kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Agar suatu bahan
dapat menjadi kering, maka udara harus memiliki kandungan uap air atau
kelembaban yang relatif rendah dari bahan yang dikeringkan. Pada saat suatu
bahan dikeringkan terjadi dua proses secara bersamaan, yaitu:
1. Perpindahan panas dari lingkungan untuk menguapkan air
pada permukaan bahan.
2.Perpindahan massa (air) di dalam bahan akibat penguapan
pada proses pertama.
Mekanisme pengeringan diterangkan melalui
teori tekanan uap. Air yang diuapkan terdiri dari air bebas dan air terikat.
Air bebas berada di permukaan dan yang pertama kali mengalami penguapan
(Mujumdar dan Devahastin, 2002). Bila air permukaan telah habis, maka terjadi
migrasi air dan uap air dari bagian dalam bahan secara difusi. Migrasi air dan
uap terjadi karena perbedaan konsentrasi atau tekanan uap pada bagian dalam dan
bagian luar bahan (Handerson dan Perry, 2003). Henderson dan Perry (2003) dan
Broker et al.(2004) menyatakan bahwa proses pengeringan dapat dibagi dalam dua
periode, yaitu periode laju pengeringan tetap dan laju pengeringan menurun.
Mekanisme pengeringan pada laju pengeringan menurun meliputi dua proses yaitu
pergerakan air dari dalam bahan ke permukaan bahan dan pengeluaran air dari
permukaan air ke udara sekitarnya. Laju pengeringan menurun terjadi setelah
laju pengeringan konstan dimana kadar air bahan lebih kecil dari pada kadar air
kritis (Henderson dan Perry, 2003). Menurut Brooker et al., (2004), beberapa
parameter yang mempengaruhi waktu yang dibutuhkan dalam proses pengeringan,
antara lain:
1. Suhu Udara Pengering
Laju penguapan air bahan dalam pengering sangat
ditentukan oleh kenaikan suhu. Bila suhu pengeringan dinaikkan maka panas yang
dibutuhkan untuk penguapan air bahan menjadi berkurang. Suhu udara pengering
berpengaruh terhadap lama pengeringan dan kualitas bahan hasil pengeringan.
Makin tinggi suhu udara pengering maka proses pengeringan makin singkat. Biaya
pengeringan dapat ditekan pada kapasitas yang besar jika digunakan pada suhu
tinggi, selama suhu tersebut tidak sampai merusak bahan.
2. Kelembaban Relatif Udara Pengering
Kelembaban relatif udara adalah perbandingan massa uap
air aktual pada volume yang diberikan dengan masa uap air saturasi pada
temperatur yang sama. Kelembaban mutlak udara berpengaruh terhadap pemindahan
cairan dari dalam ke permukaan bahan. Kelembaban relatif juga menentukan
besarnya tingkat kemampuan udara pengering dalam menampung uap air di permukaan
bahan. Semakin rendah RH udara pengering, makin cepat pula proses pengeringan
yang terjadi, karena mampu menyerap dan menampung uap air lebih banyak dari
pada udara dengan RH yang tinggi.
3. Kecepatan Udara Pengering
Pada proses pengeringan, udara berfungsi sebagai pembawa
panas untuk menguapkan kandungan air pada bahan serta mengeluarkan uap air
tersebut. Air dikeluarkan dari bahan dalam bentuk uap dan harus secepatnya
dipindahkan dari bahan. Bila tidak segera dipindahkan maka air akan menjenuhkan
atmosfer pada permukaan bahan, sehingga akan memperlambat pengeluaran air
selanjutnya. Aliran udara yang cepat akan membawa uap air dari permukaan bahan
dan mencegah uap air tersebut menjadi jenuh di permukann bahan. Semakin besar
volume udara yang mengalir, maka semakin besar pula kemampuannya dalam membawa
dan menampung air dari permukaan bahan.
4. Kadar Air Bahan
Pada proses pengeringan, sering dijumpai adanya variasi
jumlah kadar air pada bahan. Yang mana variasi kadar air ini akan mempengaruhi
lamanya proses pengeringan, sehingga perlu diketahui berapa persen kadar air
pada bahan saat basah dan pada saat kering.
3. Proses Pengeringan Gabah
1. Pemanenan
Panen dilakukan apabila butir padi telah cukup dianggap
masak. Jika panen dilakukan terlalu awal dikhawatirkan diperoleh bulir muda,
bulir hijau dan bulir kapur (yang tidak tahan simpan) serta rendemen beras
rendah. Sebaliknya bila panen dilaksanakan terlalu tua mengakibatkan prosentase
susut menjadi tinggi, karena gabah yang rontok akan lebih banyak. Panen yang
tepat dapat ditentukan berdasarkan umur tanaman mulai dari fase pembungaan.
Pemanenan dapat dilaksanakan pada saat umur tanaman antara 30-35 hari setelah
berbunga merata. Panen pada periode ini menghasilkan bobot gabah bertambah,
tetapi kualitas sering menurun. Sedangkan apabila dipanen pada umur 25-30 hari
setelah berbunga merata akan menghasilkan prosentase beras kepala bertambah
tetapi ada kemungkinan produksi menurun. Pemanenan yang tepat dapat
dilaksanakan pada kadar air padi/gabah berkisar diantara 23-27% atau apabila
80% bulir berwarna kuning dari ujung malai. Panen padi dapat dilaksanakan
dengan cara memotong pangkal (tangkai) malai, maupun dengan cara membabat
pangkal tanaman. Pembabatan batang dilaksanakan pada ukuran ± 10 cm di atas
permukaan tanah dengan sabit biasa atau sabit bergerigi. Penggunaan sabit
bergerigi lebih dianjurkan karena praktis dan lebih mudah penggunaannya.
Setelah dibabat, batang padi ditumpuk di atas tanah yang kering dekat dengan
lokasi perontokan. Untuk mengurangi susut gabah akibat tercecer maka penggunaan
alas bagi penumpukan gabah sangatlah dianjurkan. Cara tradisional lain dalam
pemanenan padi adalah dengan cara “potong
atas” menggunakan alat ani-ani atauketam. Pemanenan cara ini dilakukan pada
tanaman padi yang batangnya tinggi, sehingga gabah hasil panen dapat langsung
ditaruh dalam wadah. Pemanenan yang lebih maju dapat dilakukan dengan
menggunakan alat panen seperti reaper, combine reaper dan lain sebagainya.
2. Perontokan
Terdapat 2 (dua) cara perontokan yang biasa dilakukan
petani :
a. Perontokan secara tradisional yang dilakukan dengan
cara diinjak- injak/diiles, dihempas atau dipukul pada bambu atau kayu yang
telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Perontokan dengan cara moderen dan praktis yaitu
dengan menggunakan mesin perontok atau thresher baik yang digerakkan dengan
kaki/tangan maupun yang digerakkan dengan motor (power thresher). Perontokan gabah sebaiknya
dilaksanakan langsung di sawah karena
selain dapat memperkecil kehilangan hasil panen akibat pengangkutan juga agar
jerami sisa perontokan dapat dikembalikan lagi ke sawah sebagai bahan dasar
pupuk organik.
Beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian dalam
perontokan gabah, antara lain sebagai berikut :
a. Dalam
perontokan hendaknya memperhatikan arah angin sehingga kotoran yang lebih
ringan dari gabah akan langsung terpisah terbawa hembusan angin.
b. Perontokan
dengan cara dihempas atau dipukul pada balok kayu atau bambu perlu menggunakan
alas lebih luas agar gabah yang terpelanting dapat ditampung dengan mudah.
c. Tempat
perontokan sebaiknya diberi alas plastik atau tikar, anyaman bambu atau alas lain
seperti lantai semen yang rata untuk mengurangi gabah yang hilang karena
tercecer.
d. Perontokan
sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah panen, hal ini untuk menghindari
timbulnya proses fermentasi yang akan menimbulkan butir kuning.
3. Pembersihan
Pembersihan gabah selain bertujuan untuk menghilangkan
butir hampa, kotoran dan benda asing lainnya juga mempertinggi nilai jual per
satuan bobot, mempertinggi efisiensi pengeringan dan pengolahan hasil serta
akan memperpanjang daya simpan (menekan serangan hama gudang). Berbagai kotoran
yang biasanya terikut pada hasil perontokan antara lain potongan merang
(tangkai padi), gabah hampa, tanah, pasir, potongan malai atau jaba, potongan
daun atau bagian tanaman lainnya. Terdapat tiga (3) cara pembersihan gabah yang
dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
a. Cara tradisional yaitu ditampi menggunakan nyiru atau
dengan mesin penampi tanpa
motor. Cara ini akan memberikan hasil yang baik dan
bersih namun kurang efektif jika digunakan dalam skala besar.
b. Diayak dengan menggunakan saringan atau ayakan. Cara
inipun masih merupakan cara tradisional yang digunakan untuk skala rumah
tangga.
c. Pembersihan dengan power
blower yaitu peniupan dengan
mesin penampi bermotor yang memungkinkan pembersihan padi dalam skala besar
Prinsip kerja power blower ini didasarkan pada perbedaan
bobot bahan, yaitu kotoran yang lebih ringan dari gabah akan terbawa dan
terpisah oleh hembusan angin. Pembersihan menggunakan hembusan angin disebut
juga sebagai proses wind-owing.
Power blower ini membersihkan
gabah hasil perontokan karena mesin ini dilengkapi dengan mesin penampi
bermotor sebagai penampi mekanis. Namun apabila masih terdapat kotoran agak
berat yang berupa batu kecil, kerikil maupun tanah yang tidak memungkinkan
dipisahkan melalui penampilan, maka perlu diambil dan dibuang secara manual
atau dengan alat pembersih lebih maju seperti cleaner yang dirangkaikan dengan
alat pengering.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pembersihan:
a. selama
pembersihan harus digunakan alas secukupnya sehingga akan memperkecil
kehilangan akibat tercecer.
b. pembersihan
yang dilakukan setelah kegiatan perontokan padi dapat mempercepat pewadahan dan
pengangkutan, namun efektivitas pembersihan relatif lebih baik apabila gabah
dan kotorannya telah kering.
c. pembersihan
gabah harus diulang sesudah gabah dikeringkan sehingga kadar hampa dan kotoran
minimum.
4. Pewadahan dan Pemindahan
Gabah yang telah dirontokkan hendaknya segera diwadahkan
dan dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Gabah yang akan dipindah harus
dikemas ke dalam goni / karung atau wadah lain agar gabah tidak tercecer.
Pemindahan harus dilakukan sesegera mungkin agar terhindar penumpukan gabah
yang terlalu lama dalam kondisi basah. Kondisi gabah yang basah memungkinkan
tumbuh dan berkembang biaknya jamur atau cendawan secara cepat. Pemindahan
gabah dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan dari yang sederhana seperti
keranjang, pikulan, sepeda, gerobak; sampai peralatan yang moderen seperti
mobil. Selama proses pemindahan sebaiknya dihindarkan dari kerusakan mekanis,
tercecer, pengotoran dan aman dari tangan-tangan jahil selama pemindahan. Perlu
juga diperhatikan dan disiapkan tempat penampungan hasil panen yang masih
basah. Usahakan agar gabah basah dapat segera dijemur atau diangin-anginkan
untuk menghindari proses fermentasi akibat penumpukan yang menimbulkan suhu
panas. Proses pemanasan terjadi karena adanya akumulasi kalor hasil fermentasi
gabah basah yang ditumpuk, sehingga makin merusak gabah bersangkutan. Agar
supaya akumulasi kalor tidak terjadi maka usahakan gabah basah memperoleh aerasi (aliran udara yang cukup).
4. Jerami
Indonesia adalah Negara agraris yang masyarakatnya hidup
di bidang pertanian. salah satunya pertanian padi. Sepanjang tahun produksi
padi menghasilkan limbah berupa jerami padi dalam jumlah yang besar. Jumlahnya
sekitar 20 juta per tahun. Menurut data BPS tahun 2006, luas sawah di Indonesia
adalah 11,9 juta ha. Produksi per hektar sawah bisa mencapai 12-15 ton bahan
kering setiap kali panen, tergantung lokasi dan varientasi tanaman. Selain itu
unsur hara dan kompenen yang terkandung di dalam jerami itu juga sangat luar
biasa.
Menurut penelitian ketika kita memanen padi 5 ton gabah
kering dari 1 ha sawah maka kita telah kehilangan unsur hara 150 kg N, 20 Kg P,
150 Kg K dan 20 Kg S yang terbawa oleh hasil panen kita. Dari hasil panen 5 ton
gabah kering tersebut biasanya akan dihasilkan 7,5 ton jerami. Di Indonesia
rata-rata kandungan unsur hara yang terkandung dalam jerami adalah 0,4 % N,
0,02 % P, 1,4 % K dan 5,6 % Si. Dan yang perlu diketahui adalah ketika kita
memanen padi 5 ton/ha akan dihasilkan jerami sebanyak 7 ton yang mengandung 45
kg N, 10 Kg P, 125 Kg K, 10 Kg S, 350 Kg Si, 30 Kg Ca 10 Kg Mg. sedangkan untuk
kompenennya sendiri terdiri dari 39% selulosa, 27% hemiselulosa, 12% legini,
11% abu.
Pembakaran jerami oleh petani. secara tak langsung
mengembalikan unsur hara jerami ke dalam tanah, membunuh bakteri patogen yang
ada dalam tanah, dan ikut mengurangi gulma yang ada di lahan pertanian. Hasil
pembakaran jerami berupa selulosa akan lebih cepat diserap tanah dalam kondisi
abu karena kandungan protein dan karbonnya sudah terpecah. Dengan demikian
tanpa disadari pembakaran jerami juga menguntungkan tanah secara tak langsung.
0 Response to "Cara Mengeringkan Gabah Padi"
Post a Comment